Membicarakan masalah cinta, perasaan, dan jodoh kemudian pernikahan tidak akan pernah ada habisnya. Lalu, ketika membicarakan semua itu tidak terlepas dari yang namanya “memantaskan diri”. Lalu memantaskan diri seperti apa yang seharusnya?
Di luar sana, begitu banyak yang bisa dan siapa saja yang kelak menjadi pasangan hidup kita sesuai dengan kehendakNya. Lalu, yang menjadi pertanyaannya adalah pasangan seperti apa yang kita inginkan untuk menemani sisa hidup kita kelak? Kelak, itu akan menjadi pilihan hidup kita sendiri.
Berbicara tentang konsep memantaskan diri, mempunyai pengalaman tersendiri buat saya dan kehidupan pribadi saya. Ketika untuk memutuskan untuk convert dan hijrah sekitar hampir tiga bulan dan selama satu tahun mempelajari perbandingan agama, saya merasa dalam Islam, saya menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam Islam, perempuan sangat-sangat dimuliakan, hingga akhirnya saya memutuskan dan semangat untuk ingin terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dari pribadi yang sebelumnya.
Banyak hal-hal yang kesannya dulu terlihat mengekang, kolot, ternyata itu seharusnya bukan hal yang menjadi permasalahan untuk seorang muslimah untuk melakukan hal-hal yang baik dan berprestasi. Lalu, ketika saya memutuskan untuk hijrah, saya juga mulai untuk memperbaiki cara berpakaian saya, walaupun saat ini saya belum benar-benar melakukan kewajiban saya. Saya merasa, dalam Islam, saya makin mengerti dengan konsep dan defenisi dari “memantaskan diri” tersebut.
Bukan hanya itu, lambat laun saya juga semakin tersadar dan semakin banyak pertanyaan di kepala tentang konsep dan jodoh seperti apa yang saya mau. Lalu tujuan hidup seperti apa yang kita cari dalam hidup, yang notabenenya hanya sementara ini. Begitu banyak sudah laki-laki yang masuk dan keluar dalam kehidupan ini dan ada seseorang yang selalu menetap di hati ini, tapi kenapa ya saya selalu berpikir bukan… bukan seperti ini yang seharusnya.
Lalu, ketika saya membuka salah satu media sosial saya yang sudah begitu banyak dipenuhi oleh teman semasa sekolah dulu, yang akhirnya memutuskan untuk menikah. Lalu, ketika itu juga saya kembali bertanya kembali dan merayu Allah, ya Allah jodoh saya kelak siapa ya? Seperti apa ya sosoknya?
Satu hal yang selalu saya percaya dan sampai kapanpun bahwa jodoh adalah cerminan dari diri kita. Seperti apa jodoh kita, gambaran seperti itulah kita. Mempunyai pengalaman menyimpan perasaan terhadap seseorang bertahun-tahun, membuat saya bertanya kepada Allah, kenapa dari hari ke hari dan sebegitu lamanya perasaaan ini malah semakin tumbuh subur, semakin bertambah. Tidak banyak yang tidak sadar, baik rejeki, hidup, mati bahkan jodoh sudah diatur oleh Allah dan tertulis di lauhul mahfuz.
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Iya, tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Jadi, sebagai manusia yang notabenenya kita hanya hidup sementara, hidup di dunia ini tidak boleh khawatir akan apapun yang terjadi dalam hidup kita kelak. Tugas kita adalah selalu melakukan yang terbaik dalam hidup dan bermanfaat untuk orang lain seperti sabda Rassulullah SAW, yang mengatakan “Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang bermanfaat untuk orang lain”.
Menurut saya, soal jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Menikah bukan perkara cepat-cepatan dengan orang lain, menikah juga bukan hanya karena mendengarkan omongan orang lain. Saat ini, saya masih berstatus mahasiswi tingkat akhir, setelah ini saya berencana untuk bekerja dan lanjut S2. Buat saya, saat ini tugas saya hanya berusaha menjadi lebih baik di hadapan Allah. Membuat keluarga saya bangga, yang buat saya adalah hal yang paling penting dalam hal apapun.
Di bulan November nanti saya berusia 23 tahun, lalu why kalo di umur segitu saya belum menikah? Menurut saya, kembali lagi, menikah itu bukan hanya sebatas itu. Jadi, jawaban yang sangat baik itu adalah memantaskan diri.
Sekali lagi, bahwa memantaskan diri itu karena Allah bukan karena orang lain. Jika kalian sekarang masih kuliah, bekerja atau melakukan kegiatan lain ya selama itu masih positif, selalu lakukan yang terbaik. Lakukan dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat untuk orang lain. Tidak usah khawatir masalah jodoh, karena jodoh akan datang di waktu yang tepat dan dengan orang yang tepat.
Ingat selalu bahwa perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Dan itu merupakan ketetapan yang telah dijanjikan Allah ketika menurunkan surat itu untuk Rassulullah SAW tentang Siti Aisyah dalam Quran Surat An Nur 26,
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”.
Lalu, jika sudah ketetapan dan janji yang telah diberikan Allah, lantas apa yang perlu kita takutkan? Tugas kita hanya satu, yaitu memantaskan diri di hadapan Allah.
Allah akan mendatangkan seseorang yang mendampingi kita kelak dengan cara yang indah dan tidak pernah kita duga. Allah akan mendatangkan seseorang yang jauh lebih baik dari yang pernah kita harapkan. Dengan catatan kita mau untuk berikhtiar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, memantaskan diri menjadi lebih baik. Setelah itu, tugas kita hanya tawakal kepadaNya, karena jika kita berjuang untuk mencari keridhoan Allah, Allah akan benar-benar menunjukkan kepadamu jalanNya. Jika selama ini kita masih suka berbuat kesalahan, Allah selalu membuka beribu-ribu kali pintu maaf kepada kita InsyaAllah.
Begitu banyak pengalaman saya hingga saat ini yang selalu membawa saya ke jalan Allah, dan yang membuat saya takjub akan semua kebesaranNya. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, lalu dengan cara apa saya memantaskan diri? Saya hanya akan menjawab selalu hidup penuh rasa syukur, ikhtiar dan tawakal. Rasa syukur bisa menimbulkan rasa bahagia. Ikhtiar buat saya berarti selalu melakukan pekerjaan saya selalu dengan baik. Lalu tawakal, yaitu menyerahkannya semua yang telah saya lakukan, hidup, mati, rejeki dan jodoh kepada Allah. Lakukan semuanya dengan selalu berusaha ikhlas dan lillahi ta'ala. InsyaAllah, Allah akan selalu menambah nikmat yang lebih, lebih, dan lebih. Jadi, buat saya
“Memantaskan diri itu bukan karena orang lain atau hal apapun, tapi hanya karena Allah semata. Berjuang di jalan Allah memang tidak mudah, tapi InsyaAllah kita selalu diberikan nikmat yang tidak pernah kita duga dariNya. Karena siapapun kelak, yang akan mendampingi sisa hidup kita akan datang pada waktu yang tepat dan dengan orang yang tepat. InsyaAllah”. "Aamiin Ya Rab”.
———————————————————————————-
Sumber : http://www.hipwee.com/narasi/di-waktu-yang-tepat-dan-dengan-orang-yang-tepat/?ref=rekomendasi_singleUntukmu calon imamkuUntukmu yang namanya tertulis di Lauhul MahfuzHari ini aku menanamkan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baikUntuk dirimu yang lebih baik jugaDi sini aku selalu yakin bahwa dirimu juga berjuang sepertikuBerjuang untuk memantaskan diriUntukmu calon imamkuKelak jika kau datang, hanya satu keinginankuCintailah aku karena AllahCintailah aku dengan tulusDetik ini, di hati iniAku merayu Allah dan mengatakan kepadaNyaAku merindukan sosokmuSiapapun dirimuKelak bimbing aku untuk menuju surgaNyaYa Allah, Engkau mengetahui hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMuTelah berjumpa dalam taat padaMuTelah bersatu dalam dakwah padaMuTelah berpadu dalam membela syariatMuKukuhkanlah, ya Allah, ikatannyaKekalkanlah cintanyaTunjukkanlah jalan-jalannyaPenuhilah hati-hati ini dengan nur cahayamu yang tiada pernah pudarLapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMuDan, keindahan bertawakal kepadaMuNyalakanlah hati kami dalam syahid di jalanMuSesungguhnya Engkaulah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-sebaiknya penolongSampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatanAamiin…Sampai bertemu di suatu masaCalon imamku…