Tak terhitung berapa banyak kisah, yang bisa mengajarkan pada kita, bahwa jangan pernah menilai seseorang dari penampilan luarnya saja.
Apa yang terjadi di Malaysia ini adalah salah satunya. Kisah ini diceritakan oleh seorang mahasiswa Malaysia bernama Amir Zuhair di Facebook. Kemudian kisahnya yang luar biasa itu jadi viral. Kisahnya juga dibagikan oleh grup Facebook 'My Media Hub', pada 15 Januari 2016.
Celananya lusuh, berjambang, kancing baju dada terbuka dan tidak menggunakan alas kaki alias kaki ayam, sudah cukup untuk menggambarkan dirinya seperti seorang gelandangan yang kurang akal atau gila.
Sosok pria paruh baya ini bertemu di stasiun Kereta Api Tanah Melayu (KTM) Kuala Lumpur, yang dianggap penulis seperti seorang gelandangan!
Tapi dugaan saya meleset.
Sedang saya masuk ke pintu KTM, dia berhenti berjalan dan menegur saya dengan bahasa inggris yang sangat fasih sekali.
Saya ketakutan, karena dikira ada orang gila yang menegur.
Tapi, setelah dipandang, benar-benar wajah dia, masyaAllah.
Dokter Saiful Ad-Daulah, Dosen I'jazul Quraan Fakultas Quraan dan Sunnah Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Dia ingin ke Port Klang mengambil barang untuk dibawa pulang ke Khartoum. Saya mencium tangan beliau di depan publik sehingga semua terasa terkejut. Ya, ini karena mereka semua menganggap dia seorang pria India yang gila.
>
Padahal di dalam dadanya penuh ilmu Usul Quraan dan hadis.
Tanya saja makna pada kata-kata hadis, beliau akan menjelaskan dengan penuh detail.Dosen yang tidak memiliki kendaraan kecuali kedua kakinya.
"Kenapa bapak keluar dengan berpakaian seperti ini?" tanya saya pada dia.
"Kenapa bapak keluar dengan berpakaian seperti ini?" tanya saya pada dia.
Saya hanya berpakaian rapi di hadapan siswa dan universitas. Di luar universitas, saya hanyalah manusia biasa," jawabnya.
Semua mata tertuju pada kami sehingga membuatnya terasa malu.
Betapa tidak, orang mengira dia seorang pria India berstatus gelandangan sedang fasih berbahasa Arab.
Dia sempat menjelaskan kepada saya beberapa hadis dan kisah sahabat dengan penuh ilmu.
Sementara saya membiarkan saja kereta saya berlalu begitu saja, karena saya takut saya tidak memiliki kesempatan emas bersama dengan beliau di masa akan datang.
Dia tidak memandang ke arah perempuan, bahkan jalannya selalu menunduk.
Jika siswa yang rajin ke Surau Anggerik, beliau adalah jemaah harian di situ.
"Saya tidak pernah naik kendaraan ke surau, bahkan saya ingin selalu berjamaah di sana tapi apa daya Dzuhur dan Ashar memaksa saya berjemaah di surau fakultas," katanya.
Dia mengatakan masa kerjanya dengan USIM sudah tamat dan akan pulang ke khartoum setelah mengambil bagasi di Port Klang.
Postingan ini pun langsung menuai beragam komentar dari netizen, yang sebagian besar bernada positif.
Akun Nurhidayah Binti Ardani mengatakan "Ni dosen saya di USIM. Tanyalah pada siapa yg pernah menjadi anak muridnya,, Insyaallah semuanya pasti rindu dengan cara dia."
Akun Fazlee Hamid menulis "Gelandangan pon ada gelar tau. Jgn pandang rendah"