Awas!! Stop Percaya Hari dan Angka Sial, Ini Alasannya



Walaupun telah hidup di zaman terkini, tetapi insan tidak mampu berlepas diri dari mitos dan  takhayul. Masih ada saja hal-hal yang disebut tabu serta dipercaya meski sudah hidup diera kecanggian teknologi yang maju. Salah satunya yang masih dipercaya yaitu perihal mitos hari serta angka yang dianggap sial.

Kedua hal ini dihindari buat menjauhkan diri dari keburukan yang dianggap akan menimpa orang-orang yg menggunakan.Tak heran Bila banyak orang yg batal menggelar program di hari-hari tertentu dengan alasan bisa tertimpa naas.

Sejatinya semua hari serta angka ialah baik. Rasulullah SAW pula menyatakan keharaman dari kebisaan tersebut.Pasalnya mampu berdampak jelek bila tetap percaya hal tadi. Berikut penjelasan selengkapnya.

Sebagai contoh, masyarakat begitu takut menyelenggarakan acara pada bulan Muharram. Bulan yang di Indonesia akrab disebut bulan Suro ini memang terkenal angker. Sehingga jarang sekali digunakan untuk menyelenggarakan semisal pernikahan dan pesta lainnya. Konon, mereka yang tetap nekat menggelar kegiatan di bulan ini akan tertimpa sial.

Demikian dengan angka 13. Angka ini begitu ditakuti karena dianggap menjadi angka sial. Jika mengalami sesuatu karena mendapatkan angka itu, pasti akan disangkut pautkan terhadap mitos yang selama ini berkembang di masyarakat.

Perlu diketahui, kepercayaan terhadap hari, angka, tanggal dan hal lainnya yang dianggap membawa sial adalah kebiasaan masyarakat jahiliyah pada zaman dahulu. Islam datang dengan cahaya menghapus dan mengharamkan hal tersebut.

Namun kini, sepertinya banyak muslim yang justru kembali ke zaman itu. Dengan mempercayai adanya hari dan angka sial.

”Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000)

”Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mengatakan ’Ya khoybah dahr’ [ungkapan mencela waktu, pen]. Janganlah seseorang di antara kalian mengatakan ’Ya khoybah dahr’ (dalam rangka mencela waktu, pen). Karena Aku adalah (pengatur) waktu. Aku-lah yang membalikkan malam dan siang. Jika suka, Aku akan menggenggam keduanya.”  (HR. Muslim no. 6001)

Dari hadist di atas dapat disimpulkan jika Allah SWT marah jika hamba-Nya mencela waktu. Pasalnya, Dia lah pengatur waktu dan yang berkuasa membolak balikkan itu.

Dalam hadist lain, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: 

“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial dengan sesuatu), tidak ada kesialan dengan keberadaan burung hantu dan tidak ada pula kesialan bulan Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita harus tahu, mencela waktu dan menganggap sial sesuatu dapat membuat manusia terjerumus ke lembah dosa. Celaan untuk kedua hal ini adalah termasuk dalam kategori syirik akbar (syirik yang mengekuarka pelakunya dari Islam). 

Dengan celaan itu, kita menyandarkan berbagai kejadian pada selain Allah. Padahal siapa yang meyakini ada pencipta selain Allah, maka termasuk kafir.  Untuk itu, berhati-hatilah dalam berucap. Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu. Bukankah selalu ada malaikat yang melihat tindak tanduk kita.

Sumber
close