Sering Dipakai untuk Mengakhiri Hidup Seseorang, Apa Sih Karbon Monoksida?

Sering Dipakai Bunuh Diri, Apa Sih Karbon Monoksida?
Menghirup gas karbon monoksida tentunya bisa membuat tubuh kekurangan oksigen. Saat tubuh tidak memiliki cadangan oksigen yang cukup ternyata rasanya akan sama menyiksa seperti saat tubuh sedang dicekik. Jadi sebelum meninggal mereka yang melakukan bunuh diri itu akan merasakan sakit seperti tercekik hingga akhirnya meninggal karena kehabisan oksigen . 
Merupakan gas tak berwarna, tak berbau dan tak bercitarasa, yang sangat bersifat racun. Karena gas ini tak berbau dan tak berwarna, orang dapat tertidur tanpa curiga bahwa ia sedang mulai keracunan.

Fenomena bunuh diri dengan karbon monoksida amat mengkhawatirkan. Dunia K-Pop kemarin digemparkan oleh kematian salah satu personel grup boyband Korea SHInee, Jonghyun. Pria 27 tahun itu mengakhiri hidupnya dengan karbon monoksida.

Apa itu karbon monoksida dan bagaimana dampaknya bagi tubuh? Berikut pemaparan Ahli Penyakit Dalam RS Budhi Asih, dr Salman Paris H, Sp.PD 

1. Pengertian karbon monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengiritasi. Menurut Salman, seseorang bisa tidak menyadari gas tersebut di suatu ruangan.
"Jadi tidak terasa apa-apa. Namun, karbon monoksida mudah terbakar dan sangat beracun kalau dihirup oleh manusia," jelas Salman kepada IDN Times.

2. Bahaya karbon monoksida
Gas karbon monoksida yang masuk ke sistem peredaran darah dapat menyebabkan terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya oksigen. Gas karbon monoksida dapat ditemukan di kendaraan bermotor, alat pemanas, tungku kayu, atau bahan-bahan asap rokok. 

"Jika gas karbon monoksida masuk dalam peredaran darah kita, oksigen akan tersingkir. Gas karbon monoksida akan berikatan langsung dengan hemoglobin dalam darah kita, kemudian masuk ke jantung, otak, dan organ-organ vital lainnya," ungkap dokter muda ini.

Karena sifatnya sangat beracun, lanjut Salman, gas karbon monoksida bisa mengakibatkan kematian jika terjadi ikatan yang cukup banyak dengan hemoglobin. Jika oksigen kalah bersaing dengan gas karbon monoksida, kadar oksigen dalam darah akan menurun dratis. 

"Proses pembakaran tidak berjalan lancar. Metabolisme tubuh juga terganggu, mempengaruhi jaringan dan organ tubuh kita. Gas karbon monoksida akan menghambat terjadinya proses pertukaran oksigen di dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan energi tidak maksimal," imbuhnya.

Jika energi tak maksimal, seseorang yang menghirup gas  tersebut tak akan punya tenaga untuk bernapas. Tubuh akan terasa lemah lantaran karbon monoksida berikatan langsung dengan otot jantung. Akibat keracunan tersebut, gas ini lama-lama masuk ke sistem saraf manusia. Sistem pernapasan pun akan lumpuh dan menyebabkan kematian.

3. Dampak karbon monoksida tergantung daya tahan tubuh
Salman menjelaskan, dampak gas karbon monoksida bergantung pada jumlah paparan dan daya tahan tubuh. Apabila seseorang menghirup gas tersebut melebihi 1000 ppm selama beberapa menit akan menimbulkan kejenuhan dalam tubuh. 

"Tergantung daya tahan tubuh. Ada yang menghirup 1000 ppm masih segar bugar, ada pula yang sudah lemas. Jadi tak bisa disamakan," ujar Salman.

Pada umumnya, apabila seseorang menghirup lebih gas karbon monoksida dari 1000 ppm, tubuh akan mengalami keracunan, gangguan kesadaran,  pingsan, hingga meninggal dunia. 

"Kalau menghirup sebanyak 500 ppm biasanya jalan masih linglung, sakit kepala, lemas, dan tak berdaya. Kalau melebibi 1000 ppm pasti berbahaya," tegasnya.

4. Gejala keracunan karbon monoksida
Salman menjelaskan, seseorang yang terpapar gas karbon monoksida mula-mula akan sakit kepala, mual, muntah, dan merasa sangat lelah. 

"Dia akan mengeluarkan banyak keringat, pola pernapasan cepat, merasa gugup, penglihatan menurun, daya pikir menurun, kemudian puncaknya pingsan. Kalau tak lekas ditolong, bisa langsung meninggal," jelas Salman.

5. Pertolongan pertama pada korban
Jika kita menemukan orang dengan gejala keracunan seperti di atas, hal pertama yang harus cepat dilakukan adalah mengeluarkannya dari dalam ruangan. 

"Pasien dibawa ke tempat terbuka dan ada pepohonan hijau. Longgarkan semua pakaian. Kalau kekurangan oksigen, kita berikan oksigen alami sampai siuman sebelum dibawa ke rumah sakit," ujar Salman.

Dalam keadaan darurat, imbuhnya, pasien yang diangkut ke dalam mobil tak boleh kekurangan oksigen. Jendela mobil harus dibuka supaya konsentrat oksigen tetap terjaga.

"Kalau tertutup makin nggak bisa napas," kata Salman.

close