Tahukah Anda, Mengapa Allah SWT Merahasiakan Kematian?

Related image
Sebagaimana Firman Allah Ta'alla dalam QS. Ali Imron :185 "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat lah di sempurnakan pahalamu. Barangsiapa di jauhkan dari neraka dan di masuk kan ke dalam surga, Maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan "

Dalam QS. Ali Imron :145 "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, Sebagai ketetapan yang telah di tentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia Kami berikan Pahala dunia itu, dan Barangsiapa menghendaki pahala Akhirat kami berikan (pula) kepadanya pahala itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur "

Maka kira nya dengan Firman Allah Ta'alla tersebut, di manapun kita, sedang apapun kita kalau Allah telah menetapkan ketentuan Nya bahwa detik ini,menit ini, jam ini atau mungkin hari ini kita di takdirkan mati, maka akan matilah kita..
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan akan menimpa kepada siapapun yang berjiwa dan bernyawa. Dan kita tidak tahu kapan kematian menghampiri kita..Bahkan Nabi Besar Muhammad saw tidak di beritahu oleh Allah Azza wa jalla..

Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah kenapa Allah Merahasiakan masalah Kematian ini..?
Ada beberapa alasan yang mungkin bisa kita renungkan bersama :

1. AGAR KITA TIDAK CINTA DUNIA
DR. Aidh Al-Qarni dalam sebuah bukunya Cambuk Hati berkata bahwa, “Dunia adalah jembatan akhirat. Oleh karena itu, seberangilah ia dan janganlah Anda menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan”.
Al-Ghazali dalam bukunya Mutiara Ihya Ulumuddin menukil beberapa hadits mengenai masalah dunia dianataranya adalah:
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir”.
Dan sabdanya pula, “Dunia itu terkutuk. Terkutuklah apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan kepada Allah.”
Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa Raulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membahayakan akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, niscaya ia akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal daripada apa yang binasa.”
Intinya adalah agar kita tidak cinta pada sesuatu yang pasti tiada. Jangan sampai ada makhluk, benda, harta, jabatan yang menjadi penghalang kita dari Allah SWT.
2. AGAR KITA TIDAK MENUNDA AMAL
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, semua dirahasiakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kita jangan sampai menunda-nunda ibadah, dan semua amal perbuatan baik yang akan kita lakukan, tobat yang kita lakukan, maaf yang kita ucapkan.
Syekh Ahmad Atailah dalam bukunya Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam mengatakan bahwa,
“Penundaanmu untuk beramal karena menanti waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh.”
Dan Syekh Ahmad Atailah juga memberikan tipsnya untuk mengatur waktu dalam kehidupan duniawi yang mana perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1–Utamakan kehidupan akhirat, dan jadikan hidup di dunia sebagai jembatan menuju akhirat, dan jangan menunda waktu beramal.
2–Berpaculah dengan waktu, karena apabila salah menggunakan waktu, maka waktu itu akan memenggal kita. Artinya terputus seseorang dengan waktu terputus pula amal selanjutnya.
3–Mengejar dunia tidak akan ada habisnya, lepas satu datang pula lainnya. Amal yang tertunda karena habisnya waktu, akan melemahkan semangat untuk menjalankan ibadah. Akibatnya hilang pula wujud kita sebagai hamba Allah yang wajib beribadah.
4–Pergiatlah waktu beramal sebelum tibanya waktu ajal.
5–Perketat waktu ibadah sebelum datang waktu berserah.
6–Jangan menunda amal bakti sebelum datang waktu mati.
7–Aturlah waktu untuk beramal agar kelak tidak menyesal.
3. AGAR MENCEGAH MAKSIAT
Ibnu Bathal berkata: “Jihadnya seseorang atas dirinya adalah jihad yang lebih sempurna”.
Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” (QS. An-Nazi’at (79): 40).
Jihad seseorang atas dirinya sendiri dapat berupa mencegah diri dari maksiat, mencegah diri dari apa yang syubhat dan mencegah diri dari memperbanyak syahwat (kesenangan) yang diperbolehkan karena ingin menikmatinya kelak di akhirat.
Meninggalkan maksiat adalah perjuangan, sedang keengganan meninggalkannya adalah pengingkaran. Maka, untuk menghindari maksiat, tidak lain dengan menemukan jalan keluarnya, dan satu-satunya jalan keluar adalah ketaatan dan menempatkan diri pada pergaulan yang dapat terhindar dari panggilan dan godaan hawa nafsu itu sendiri.
4. AGAR MENJADI ORANG YANG CERDAS
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan angan-angan kosong.”
Oleh karena itu, jadilah orang yang cerdas. Karena hanya orang yang cerdaslah yang tahu bagaimana mempersiapkan mati. Mereka tahu bagaimana merubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal.
Misalnya, bagaimana caranya gaji yang fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah dengan mengeluarkan sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari gaji itu untuk tabungan akhiratnya. Dan ini merupakan investasi kita untuk masa depan kita juga.
Sahabat-sahabat sekalian, kematian adalah sesuatu hal yang misterius yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita.
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran (3): 102)
Wallahu A‘lam
Semoga Bermanfaat

Sumber
close