Menikah sebelum mapan masih menjadi perbincangan angker di kalangan orang tua dan muda-mudi yang akan menikah. Banyak yang menentang konsep ini secara membabi-buta. Padahal tak sedikit fakta yang membuktikan keberhasilan pernikahan sebelum mapan.
***
Tulisan ini khusus dipersembahkan kepada seorang mahasiswa semester lima yang bertanya kepada saya secara khusus. Juga untuk pemuda-pemudi lain yang mengalami hal serupa, baik dalam tataran diskusi atau mengalaminya dalam kehidupan nyata.
Semoga tulisan singkat ini mampu memberikan jawaban tuntas atas pertanyaan yang tak tamat-tamat, mungkin sampai Kiamat kurang dua hari masih ada pertanyaan sejenis ini.
“Bang, saat menikah, apakah ente sudah mapan secara ekonomi atau belum?” kata mahasiswa asal Bogor Jawa Barat itu, Senin (4/9/17).
***
Silakan bertanya kepada mesin pencari dengan kata kunci ‘Rendy Saputra’. Sebelum sefenomenal sekarang ini, izinkan saya mundur ke belakang untuk menceritakan ‘masa lalu’ Rendy.
Usia laki-laki yang kerap disapa Kang ini berada di kisaran 30-an tahun. Ia tak beda dengan lelaki lain seusianya. Berbadan subur dan mengenakan kaca mata, Rendy memiliki masa lalu yang kurang sedap dikisahkan; drop out dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bukankah DO dari universitas ternama di negeri ini merupakan aib bagi mayoritas masyarakat?
Tetapi Rendy tidak menyerah. Lelaki asal Banjarmasin ini bertekad menebus kekeliruannya dengan mengadu nasib di bidang lain. Ia memilih menekuni bidang edukasi bisnis. Sebab menurutnya, masuk ke jurusan Teknik Perminyakan di ITB merupakan pilihan keluarganya, pilihan lingkungannya; sama sekali bukan pilihan dirinya sendiri.
Apa yang bisa diharapkan dari lelaki 20-an tahun yang di-DO?
Menikah Sebelum Mapan
Dalam episode yang rumit dan menyita pikiran itu, Rendy memutuskan untuk menikah. Saat itu, usianya baru 21 tahun. Tergolong muda, tapi tekadnya untuk menyempurnakan separuh agama sudah bulat. Tekadnya penuh. Susah untuk diubah oleh siapa pun, selain dirinya.
Beberapa bulan dan tahun setelah pernikahan sebelum mapan itu, Rendy dan istrinya tetap belum menemukan kemapanan secara ekonomi. Beban hidup bahkan kian berat ketika Rendy diamanahi anak-anak yang amat dia cintai.
Waktu berjalan. Keteguhan tekad Rendy benar-benar diuji. Ia harus berkeliling dari satu bidang usaha menuju bidang usaha lain untuk menawarkan keahliannya di bidang konsultan bisnis.
Masuk ke bengkel bubut dengan bayaran 500ribu, menerima tawaran konsultan di usaha kecil bidang pembuatan roti, bahkan ia menjalani tawaran konsultasi bisnis tanpa tarif, demi mencari pengalaman dan ilmu baru.
Tetapi memang, niat yang benar pasti menemukan jalannya. Di kemudian hari, Rendy dipertemukan oleh Allah Ta’ala dengan seorang pemilik bisnis rendah hati yang memimpin Keke Busana. Berawal dari pertemuan di sebuah pelatihan bisnis, dua insan ini melanjutkan relasi lebih intensif untuk pengembangan usahanya.
Kini, ketika Anda menggunakan ‘Rendy Saputra’ untuk melakukan pencarian di mesin pencari, laki-laki rendah hati yang masih menyempatkan membalas ratusan chat tiap hari ini tercatat sebagai Eksekutif Produser di Inspira Picture, CEO di Keke Busana, pengajar utama di Sekolah Bisnis Dua Kodi Kartika dan Melek Finansial serta platform pembelajaran bisnis lainnya.
Dalam waktu dekat, Rendy menjadi imam dalam even akbar bertajuk Kopdar Saudagar Nusantara di Centul Convention Center dengan mempertemukan 12.000 pengusaha di seluruh Nusantara.
***
Banyak kisah seperti Rendy Saputra. Banyak yang menikah sebelum mapan demi menyelamatkan diri dari zina, kemudian Allah Ta’ala kurniakan keajaiban kepada mereka.
Lalu, bagaimana dengan saya?
***
Guna menyampaikan jawaban kepada mahasiswa semester lima tersebut, saya menyatakan, “Menikah sebelum mapan. Gaji saya waktu menikah 1,2 juta per bulan. Karyawan pabrik.”
Eh ternyata, mahasiswa itu terkejut dan melontarkan pertanyaan lanjutan, “Apa yang membuat Abang yakin dengan gaji segitu padahal istri Abang memiliki 7 orang anak. Bagaimana membiayainya?”
Adakah yang lebih membuat kita yakin sebagai orang beriman selain janji Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?
Itulah yang berusaha kami lakukan. Meyakini bahwa janji Allah pasti. Meyakinkan diri bahwa Rasulullah mustahil berdusta.
Keyakinan itulah yang menguatkan. Alhamdulillah sampai kini, kami tidak pernah kelaparan. Bahkan Allah Ta’ala memberikan banyak sekali keajaiban kepada kami, di sepanjang perjalanan pernikahan yang kami jalani.
Banyak sekali rezeki partai besar yang Allah berikan, dan hal itu benar-benar di luar logika. Jauh lebih besar dari upaya yang kami lakukan.
***
Yakinkan dirimu. Allah Mustahil ingkari janji-Nya. Dialah yang memerintahkan hamba-Nya untuk menikah, Dia pula yang pasti mencukupi semua kebutuhan rumah tangga kalian.
Jangan lemah. Jangan pesimis. Allah Mahakaya. Menikahlah sebelum mapan untuk jauhi zina! Allah yang akan memberikan kalian kemapanan sejati. Luruskan niat. Menikahlah karena Allah.