Bullying merupakan salah satu tindakan tidak terpuji. Meski begitu, masih ada anak-anak yang melakukan bullying terhadap temannya. Bullying bisa terjadi di mana saja.
Sekolah dan media sosial bukan satu-satunya tempat terjadinya bullying atau perisakan. Anda bisa melihat tindakan ini di jalan ataupun di tempat kerja. Menurut sebuah penelitian, bullying di tempat kerja bahkan lebih bisa membuat seseorang merasa depresi melebihi tekanan dari tuntutan pekerjaan itu sendiri. Lantas, apa yang harus dilakukan jika melihat bullying?
Apakah Anda hanya akan merekam kejadian itu dan menyebarkannya melalui media sosial? Nah, penjelasan di bawah ini bisa membantu Anda mengambil sikap ketika melihat bullying di mana pun dan kapan pun.
Bullying adalah perilaku kekerasan fisik ataupun mental di mana ada satu orang atau lebih yang melakukan penyerangan atau mengintimidasi orang lain. Tindakan ini tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau menendang.
Bullying juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik. Misalnya mengejek, mengolok, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina atau kasar, bisa juga menyebarkan gosip tentang korban atau mempermalukannya di depan banyak orang.
Banyak orang takut menghentikan aksi perisakan atau melaporkannya karena dua hal. Pertama, merasa takut akan jadi sasaran berikutnya, kedua, tidak tahu harus berbuat apa ketika melihat bullying.
Menurut penelitian dalam Journal of Human Relations, mereka yang melihat bullying atau menyaksikan intimidasi di tempat kerja cenderung ingin cepat mengundurkan diri, meskipun mereka bukan sasarannya. Agar Anda tidak menjadi saksi bisu, berikut hal yang bisa Anda lakukan ketika melihat bullying seperti yang dilansir dari Psychology Today.
1. Catat setiap kejadian
Catat setiap peristiwa perisakan yang Anda saksikan. Catat apa saja yang dilakukan dan dikatakan oleh pelaku bullying kepada korban.
Anda tidak perlu terus menerus mengawasi hingga dicurigai, Anda hanya perlu mencatat apa yang kebetulan Anda saksikan. Jangan hanya mencatat ketika para pelaku ini melakukan kekerasan berupa fisik. Catat juga hal-hal yang berkaitan dengan tindakan bullying seperti mengacak-acak tas korban, menyebarkan fitnah, dan sebagainya.
2. Kumpulkan barang bukti
Jika Anda melihat bullying dan menemukan sesuatu yang bisa menjadi barang bukti baik berupa rekaman, foto, atau benda, simpan barang bukti itu sebaik mungkin. Anda tidak akan pernah tahu kapan akan memerlukannya kelak. Buat folder khusus di laptop atau ponsel untuk menyimpan barang bukti ini.
Jika barang bukti berupa benda, simpan di tempat khusus untuk menyimpannya. Pastikan menyimpannya di tempat aman. Selain itu, tidak perlu memberi tahu banyak orang kalau Anda sudah mengumpulkan banyak barang bukti. Yang perlu tahu hanyalah korban atau pihak yang berwenang. Misalnya manajer HRD, atasan, atau kepolisian.
3. Alihkan perhatian
Ketika bullying terjadi, Anda tidak perlu beraksi dengan heroik untuk menyelamatkan korban dari situasi tersebut. Yang ada malah ego pelaku terluka sehingga ia akan membalas dendam dengan cara yang tak terduga.
Misalnya saat ke dapur, Anda melihat rekan kerja sedang di-bully oleh atasannya. Anda cukup mengalihkan perhatian pelaku dengan cara mengajaknya mengobrol atau pura-pura mencari alat makan tertentu dan minta bantuan pelaku untuk mencarinya.
Bila pelaku tidak menggubris, Anda bisa menolong korban dengan berkata misalnya, “Eh, kamu dicari sama Boss. Sepertinya mau bahas proposalmu kemarin.” Dengan begitu, korban jadi punya alasan untuk segera meninggalkan pelaku.
4. Mencari bantuan
Harus diakui, berat rasanya untuk membantu korban bullying seorang diri. Inilah mengapa penting bagi Anda untuk mencari dukungan dan bantuan dari orang-orang yang juga sudah muak melihat bullying dilakukan setiap hari. Semakin banyak bantuan yang berhasil dihimpun, lama-lama si tukang bully akan kalah jumlah. Hal ini juga akan membantu korban agar tidak merasa sendirian apalagi sampai dikucilkan.
5. Bicaralah pada seseorang yang bisa menghentikan aksi bullying
Para korban bullying seringkali merasa takut untuk berbicara, mereka takut tidak akan ada yang membela atau merasa diabaikan jika mereka berbicara mengenai hal ini. Kalau hal ini yang memang terjadi, Anda bisa secara langsung berbicara pada seseorang yang Anda rasa bisa menghentikan aksi bullying ini.
Jika di kantor, Anda bisa berbicara kepada HRD atau atasan yang berwenang. Jika di kampus, Anda bisa berbicara pada ketua program studi, dan jika terjadi di lingkungan tempat tinggal, laporkanlah kepada ketua RT atau RW setempat. Sebagai pihak ketiga atau saksi, Anda memiliki posisi yang lebih baik untuk memberikan penjelasan secara objektif tentang perilaku negatif tersebut.
Menghentikan bullying dimulai dari diri sendiri
Banyak dari Anda yang mungkin tanpa sadar telah melihat bullying. Entah itu di kampus, kantor, atau di sekitar rumah. Selama ini Anda mungkin memilih untuk mengabaikan hal ini dan pura-pura tidak tahu. Namun, ini berarti Anda sama seperti pelaku yang membiarkan korban terus tertindas dan dipermalukan.
Masalahnya, kebanyakan pelaku berpikir bahwa tindakannya dapat dibenarkan. Misalnya karena ia merasa memang semua ini salah korban yang terlalu lemah atau menyebalkan. Karena itu, Anda dan orang-orang di sekitar harus tegas menunjukkan rasa tidak terima dan tidak suka terhadap perbuatan pelaku. Tunjukkan bahwa perisakan memang tidak bisa diterima.
Ingat kata-kata Albert Einstein ini: The world is a dangerous place to live; not because of the people who are evil, but because of the people who don’t do anything about it.
Dunia menjadi tempat yang berbahaya, bukan karena orang-orang yang melakukan kejahatan, tapi karena orang-orang tidak melakukan apapun untuk mencegahnya.