Anda pernah sakit?? setiap manusia pasti pernah mengalami dan merasakan yang namanya sakit, baik itu ringat maupun berat. Baik itu berupa sakit pada fisik maupun pada hati. Jika penyakit itu menimpa fisik kita, mungkin akan lebih mudah untuk menyembuhkannya, karena sudah banyak ahli-ahli yang dapat menyembuhkan berbagai permasalahan dalam fisik. Tapi, jika hati yang terserang penyakit, adakah ahli-ahli yang dapat membantu meneymbuhkannya?
Di sinilah peran wahyu Allah begitu berarti bagi kita. Mengapa? Wahyu Allah berupa al-Quran itu dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit manusia serta membersihkan kotoran masyarakat. Lalu, bagaimana caranya ya?
Berbicara mengenai al-Quran sebagai syifâ’ (obat atau penawar) terhadap penyakit, hingga saat ini masih menjadi perbicangan yang menarik. Apalagi, ketika wacana itu dilanjutkan dengan fungsinya (al-Quran) sebagai rahmat (karunia) Allah. Benarkah al-Quran itu memiliki kegunaan yang seperti itu, dan apakah nilai kegunaannya bersifat mutlak atau relatif? Inilah yang kemudian memicu para tafsir al-Quran untuk menjelaskannya dengan berbagai ragam pendekatan dan metodenya. Tetapi, ketika kita cermati, semuanya bermuara pada satu pendapat, bahwa efektivitas kegunaan al-Quran sebagai syifâ’ danrahmah sangat bergantung pada manusia yang mengharapkannya. Apakah yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan utama untuk memerolehnya? Semakin terpenuhi persyaratan utamanya, maka semakin mungkin seseorang akan memeroleh syifâ’ dan rahmah dari Allah, begitu juga sebaliknya. Yang perlu di garis bawai jawabanya tegas adalah “ IMAN “ Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Isrâ’/17: 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari al Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ’/17: 82)
Tafsîr al-Mufradât
نُنَزِّلُ:“Kami turunkan.” Maksudnya Kami (Allah) wahyukan ayat-ayat Kami melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad s.a.w. bagi seluruh hamba Kami, yang semuanya telah terkodifikasi di dalam kitab suci al-Quran.مِنَ الْقُرْآنِ:“Dari al-Quran.” Kata min dalam ayat ini, menurut pendapat yang râjih (kuat) menjelaskan (bayâniyyah) jenis dan spesifikasi yang dimiliki al-Quran. Kata min di sini tidak bermakna sebagian (ba’dhiyyah) yang mengesankan bahwa di antara ayat-ayat al-Quran ada yang tidak termasuk syifâ` (obat atau penawar) sebagaimana yang dirâjihkan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Kata min pada ayat ini seperti hal yang terdapat dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS an-Nûr/24: 55)
Kata min dalam lafazh مِنْكُمْ tidaklah bermakna sebagian, sebab mereka — seluruhnya — adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih.
شِفَاءٌ:Obat (penawar). Obat yang dimaksud dalam ayat ini meliputi obat atas segala penyakit, baik ruhani maupun jasmani dengan spesifikasi tertentu, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam tafsirnya.رَحْمَةٌ:Rahmat di dalam ayat ini dipahami sebagai bantuan dari Allah, sehingga ketidakberdayaan dalam bentuk apa pun tertanggulangi. Rahmat Allah yang dilimpahkan kepada umat Islam adalah kebahagiaan hidup sebagai akibat dari ridha-Nya, termasuk di dalamnya kehidupan di akherat kelak. Oleh karena itu jika al-Quran dipahami sebagai rahmat bagi umat Islam, maka maknanya adalah limpahan karunia berupa kebajikan dan keberkatan yang disediakan oleh Allah bagi mereka (umat Islam) yang memhami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah dalam al-Quran.
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakanbahwa sesungguhnya al Quran Sebagai obat (penawar) dan rahmat bagi kaum yang beriman. Bila seseorang mengalami keraguan, penyimpangan dan kegundahan yang terdapat dalam hati, maka al-Quran-lah yang menjadi obat (penawar) semua itu. Di samping itu al-Quran merupakan rahmat yang membuahkan kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Kegunanaan itu tidak akan didapatkan kecuali bagi orang yang mengimani (membenarkan) serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini (beriman), al-Quran akan berfungsi menjadi obat (penawar) dan sekaligus rahmat baginya. Adapun bagi orang kafir yang telah dengan sengaja mezalimi diri sendiri dengan sikap kufurnya, maka tatkala mereka mendengarkan dan membaca ayat-ayat al-Quran, tidaklah bacaan ayat-ayat al-Quran itu tidak akan berguna bagi mereka, melainkan mereka bahkan akan semakin jauh dan semakin bersikap kufur, karena hati mereka telah tertutup oleh dosa-dosa yang mereka perbuat. Dan yang menjadi sebab bagi orang kafir menjadi semakin jauh dari kesembuhan dari penyakit dan rahmat Allah itu bukanlah karena (kesalahan) bacaan ayat-ayat (al-Quran)-nya, tetapi karena (disebabkan oleh) sikap mereka yang salah terhadap al-Quran. Sebagaimana firman Allah Subhanâhu wa Ta’âla:
قُلْ هُوَلِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ فِيآذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْمَكَانٍ بَعِيْدٍ
“Katakanlah: Al-Quran itu adalah petunjuk dan obat (penawar) bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS Fushshilat/41: 44)
Dalam ayat lain menerangkan juga Allah Subhânahu wa Ta’âla juga berfirman:
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْسُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيْمَانًافَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَهُمْيَسْتَبْشِرُوْنَ. وَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌفَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُوْنَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat maka di antara mereka ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah iman dengan surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman maka surat ini menambah iman sedang mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafiran dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS at-Taubah/9: 124-125)
Dan masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal ini.
Abdurrahman As-Sa’di misalnya berkata pula dalam menjelaskan ayat ini: “Al Quran mengandung obat (penawar) dan rahmat. Dan ini tidak berlaku untuk semua orang, namun hanya berlaku bagi orang yang beriman yang membenarkan ayat-ayat-Nya dan berilmu dengannya. Adapun bagi orang-orang zalim yang tidak membenarkan dan tidak mengamalkan — maka ayat-ayat tersebut tidaklah menambah bagi mereka kecuali kerugian. Karena hujjah telah ditegakkan kepada mereka dengan ayat-ayat itu.
Al Quran sebagai Obat (penawar) yang terkandung dalam al-Quran bersifat umum, meliputi obat (penawar) hati seperti kegelisahan hati, dari berbagai syubhat kejahilan berbagai pemikiran yang merusak penyimpangan yang jahat dan berbagai tendensi yang batil.
Di samping itu al Quran juga menjadi obat jasmani dari berbagai macam penyakit, meski pun tata-cara yang digunakannya bukan dengan tata-cara yang lazim digunakan dalam penggunaan obat untuk penyakit jasmani, tetapi digunakan dengan tata-cara yang spesifik melalui terapi spiritual yang bisa berdampak pada orang-orang yang beriman karena pengaruh (sugesti) yang diakibatkan oleh keyakinan mereka ketika menggunakan al-Quran sebagai obat (penawar) bagi penyakit yang diderita olehnya. Karena yang dimaksud penyakit jasmani di sini, bukanlah penyakit fisik (murni), tetapi penyakit yang di dalam istilah kedokteran dikenal dengan sebutan psikosomatik. Misalnya: “penyakit sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan ruhani”. Dalam hal ini dokter bisa menyarankan kepada pasien muslim untuk membaca ayat-ayat al-Quran untuk memberikan sugesti agar pasien merasa tenang dan nyaman, sehingga secara kejiwaan terbantu untuk melakukan pengobatan pada dampak fisiknya.
Adapun rahmat yang disebut di dalam ayat itu, dimaksudkan sebagai karunia Allah yang bisa diraih oleh setiap orang yang beriman dengan cara membaca, memahami, menghayati dan mengamalkna isi al-Quran. Maka sesungguhnya di dalam bacaan ayat-al-Quran itu sebab- terkandung sebab dan sarana untuk meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab atau saranya itu, maka dia akan beruntung dengan bukti nyata “meraih rahmat dan kebahagiaan yang abadi serta ganjaran kebaikan dari Allah, cepat atau pun lambat.”
Orang sering menentang ajaran Allah SWT karena dirasakan membatasi gerak kebebasannya yang didasarkan atas hawa nafsunya. Kalau manusia dibiarkan bergerak dan bertindak bebas (tanpa batas) memperturutkan hawa nafsunya, pasti dunia akan rusak binasa.
Allah SWT berfirman, “Dan melegakkan hati orang-orang yang beriman,” (QS. At-Tubah: 14).
Allah SWT juga berfirman, “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Isra’: 82).
Selain itu, Allah SWT-pun berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (QS. Yunus: 57).
Al-Quran mengobati dan menyembuhkan kotoran dan penyakit masyarakat yang ditimbulkan oleh hati (dada), dan bukan penyakit fisik.
Jika seseorang melaksanakan perintah dan larangan al-Quran sepenuhnya, jiwanya akan sehat dan bebas dari rasa sakit, seperti iri hati, dengki, rakus, bermusuh-musuhan, zalim, curang, ketidakadilan, fitnah, dusta, peperangan dan saling membunuh, dendam, mabuk-mabukkan, perjudian, penipuan, pencurian, perampasan, kekufuran, mempertuhankan hawa nafsu, perzinaan, bunuh diri, kemunafikan, dan kejahatan-kejahatan lainnya. Hal ini berlaku pada tiap generasi dan seluruh zaman.